MENU penerbangan telah ada sejak dahulu ketika salah satu maskapai tertua di dunia, British Airways menyajikan roti lapis dan teh saat penerbangan 85 tahun lalu. Kini, menu penerbangan semakin beragam, bahkan akan disediakan chef khusus untuk menyusun menu-menu ini.
Kini, beberapa maskapai sudah memerkerjakan koki-koki kelas dunia untuk menyiapkan menu makanan penerbangan, biasanya untuk penerbangan kelas bisnis dan eksekutif. Sebut saja chef Heston Blumenthal yang bergabung dengan British Airways dan Joel Robuchon yang bergabung bersama Air France.
Selain bekerja sama dengan chef andal, tampaknya tren menu penerbangan juga semakin dikembangkan oleh maskapai. Singapore Airlines, misalnya, memberikan kopi dengan cake mini yang terinspirasi dari kafe-kafe di Paris. Juga, British Airways yang menyajikan menu bertema Olimpiade.
Menyediakan makanan berkualitas di ketinggian 35.000 kaki adalah tantangan yang tidak mudah bagi para juru masak. Penyegar udara di kabin pesawat menyedot rasa makanan. Belum lagi daya perasa penumpang yang menjadi tumpul saat berada di penerbangan, membuat makanan terasa lebih hambar.
Kendala lainnya adalah awak kabin yang harus bekerja di dapur pesawat berukuran kecil. Makanan yang disajikan di pesawat terpaksa harus dimasak sebelum penerbangan dilakukan. Risikonya, makanan menjadi tidak segar lagi.
"Tantangannya adalah bagaimana menyajikan masakan kelas atas dengan rasa yang sama seperti di restoran," tutur Gerard Clarke, General Manager Hong Kong Airlines, seperti dikutip dari BBC, Rabu (6/6/2012).
Chef-chef kelas atas ini telah disarankan untuk menggunakan alat khusus penghilang dehidrasi kabin pada menu yang disiapkan. Mereka juga menggunakan bahan-bahan makanan yang tidak akan menguar rasanya saat berada dalam ketinggian ribuan kaki selama penerbangan.
Hingga saat ini, menurut survei dari Skyscanner, maskapai Turkish Airline adalah maskapai yang memiliki menu penerbangan terbaik dan terlezat. Maskapai ini juga turut membawa chef andalnya dalam penerbangan, meski hanya untuk penumpang kelas pertama.
0 comments:
Posting Komentar